Senin, 29 September 2014

LDR


     Annyeong…rasanya uda lama banget nggak nulis, nulis apa aja. Karena sebelum-sebelumnya aku lebih suka ngepost video dari youtube yang menurutku bagus banget en sesuai dengan suasana hati. Okaayy! Kali ini ini aku pengen membahas tentang LDR. Apa itu LDR? LDR atau kalo kepanjangannya Long Distance Relationship itu (menurutku loh ya) adalah suatu hubungan jarak jauh yang biasanya dilakoni sama pasangan yang pacaran atau yang uda merid. Jauhnya itu ya bervariasi, bisa di luar kota sampe overseas alias di luar negeri.  Kalo pasangan yang uda merid mah gak bakal aku bahas disini karena itu ada unsur tanggung jawab di dalamnya, dan biasanya jarang banget pasangan merid yang LDR-an dalam waktu yang lama. Jadi kita fokuskan pada pasangan yang pacaran aja kali yaaa..hehehe.
before his departure
     Dari sekian banyak interview (jiah bahasanya), nggak kok cuma iseng nanya2 sama temen, adek tingkat, atau langganan warung ibuku tercinta di Singkawang sana. haha, rata-rata mereka lebih milih putus sama yayang-yayang mereka atau pun kalo bertahan, tidak dalam waktu yang lama ketika mereka harus dihadapkan dengan kenyataan harus LDR-an. Why? Kenapa? Beragam alasan. Ada yang emang gak tahan kalo harus jauh-jauh sama sang kekasih hati, ada yang gak percaya sama kesetiaan pacar mereka jadi bawaannya curigaan mlulu, ada yang miskomunikasi, trus ada juga yang gak tahan godaan dari orang-orang terdekat yang ngasi perhatian lebih daripada pacar yang nun jauh di sana. Katanya nih ya, hanya 1% pasangan LDR yang berhasil ke jenjang berikutnya alias merid. Sesusah itukah menjalani LDR?? Trus pasangan seperti apa sich yang berhasil melewati semuanya dan berhasil? Who knows??? Hanya saja aku ingin berbagi cerita tentang LDR itu. Kenapa harus aku?? Pertanyaan bagus. Mungkin jawabannya karena aku satu dari sekian banyak pasangan LDR. See?? Aku juga LDR-an loh. Gimana dunk?
     So, aku dan yayangku yang kadang aku panggil chagi (biasanya abang, tapi g akan aku pake di sini) udah pacaran selama 6 tahun. Waktu yang cukup lama. Trus, sejak kapan kami menjalani LDR? Tepatnya setelah kami selesai SMA. Kami pacaran mulai kelas 3 SMA, itu berarti setahun setelah kami sudah menjalani yang namanya LDR, mulai dari jarak antar kota tapi masih dalam satu provinsi karena aku harus kuliah di Pontianak. Saat itu aku masih bisa pulang sebulan atau dua bulan sekali dan ketemu chagi. Tahun ini merupakan tahun penuh kenangan karena lebih banyak waktu yang kita lalui berdua aja. Maklum, jaman sekolah masih belom bisa jalan berdua karena fokus untuk ujian.
     Tahun ketiga, jarak kami harus lebih jauh lagi, karena chagi harus kuliah di Jakarta. Dan dimulailah LDR penuh kesabaran. Berhubung chagi uda punya temen baru dan kebetulan mereka deket banget, ditambah lagi dengan godaan gemerlapnya ibu kota, bikin aku yang di Pontianak agak-agak deg-degan, takut plus rendah diri, apalagi pada kenyataannya hubungan kami tidak kami publish. Saat itulah ada cerita dimana chagi ditaksir sama temen-temen ceweknya…hohoho..kok bisa? Ya bisa dunk, orang chagi ini anaknya baik banget dan mudah deket sama cewek dan selalu berusaha membuat temen-temennya seneng (muji pacar sendiri neh,,hahaha). Tapi berhubung aku anaknya cool gitu, tanggapanku sedikit hati-hati dan berusaha bersikap dewasa. Karena aku juga kenal seperti apa chagi. Jadi, poin pertama di sini adalah KENALI PASANGANmu dengan baik kawan dan kamu akan dengan mudah menyikapi kejadian seperti itu. Bukan karena kamu percaya sama pasanganmu, tapi kamu percaya dengan dirimu sendiri bahwa kamu yang paling pantas untuk dia, jiah.. Well, karena sikapku itu, aku justru makin disayang sama chagi dan temen-temennya respect banget sama aku dan jelas mereka penasaran pengen ketemu sama aku (kali ini muji diri sendiri^^).
Tahun keempat, merupakan tahun cobaan. Komunikasi kita kurang lancar karena kesibukan masing-masing. Ketika aku sms atau nelpon, chagi sedang sibuk banget sampe sms tak dibalas n telpon ta diangkat. Begitu juga sebaliknya?? Saat itu aku ngerasanya aku yang lebih sayang sama chagi, jadi bela-belain balas sms atau mengangkat telpon meskipun di tengah praktek. Tapi terkadang aku juga mengabaikan chagi. Kita berdebat, merajuk, baikan, kemudian mulai tertutup. Kita jarang cerita-cerita lagi, jarang ngasi kabar selama berminggu bahkan bulan. Sebenarnya bukan kuantitas komunikasi yang menjadi masalah kami, tapi lebih pada kualitasnya. Jadi poin kedua adalah KOMUNIKASI YANG BERKUALITAS. Tak jadi masalah ketika kalian jarang berkomunikasi, tapi ketika kalian saling kontak, isi pembicaraan yang berkualitas lebih baik daripada tiap hari kalian kontak tapi isinya itu mlulu yang jatohnya malah jadi membosankan. Trus komunikasi yang berkualitas itu seperti apa? Tergantung kalian mengukurnya, tapi menurutku bagaimana kalian terbuka dan apa adanya dengan pasangan kalian dengan pembicaraan ringan lebih berkualitas daripada kalian mempertanyakan kesetiaan dan seberapa besar cinta pasangan kalian terhadap kalian, karena jika tidak berhati-hati malah berujung pertengkaran. Ingat, pasangan LDR cenderung sensitif ketika membahas itu. Namun, pada akhirnya kami gagal di tahun ini karena kurangnya keterbukaan kami terhadap pasangan masing-masing.
     Masuk tahun kelima, aku maupun chagi punya status baru, “single”. Rasanya? Aneh! Terutama untukku, karena sejak aku mengenal yang namanya pacaran, aku nggak pernah punya status single, bahkan untuk satu hari karena aku langsung punya pacar dihari yang sama ketika aku putus dengan pacar sebelumnya, hahaha…trus hubunganku dengan chagi? Jelas, kita semakin menjauh dan sangat-sangat jarang berkomunikasi. Ketika aku sudah tak tahan lagi dan menjadi gila, aku mulai mengiriminya sms-sms yang isinya agak memalukan, seperti “kangen”,”apa kamu benar-benar melepasku?”, atau “aku ditembak hari ini, menurutmu gimana?”. Hallooowww….dipikir lagi, itu benar-benar memalukan dan menghancurkan harga diri, kawaann! Akhirnya aku menyibukkan diri dengan kuliah, organisasi dan mencari pasangan baru, meskipun yang terakhir itu gagal dan pada akhirnya berhenti. Karena jauh di dalam hati, aku masih membandingkan dia dan gebetan. Bagaimana dengan chagi? Aku gak tau dia menjalani hari-harinya, sampai mendekati akhir tahun kelima.
     Awal tahun keenam, terjadi keajaiban. Karena kami bertemu lagi, dan kita buka-bukaan. Violaa…kita balikan lagi tanpa adanya satu orangpun yang masuk saat kita masing-masing berstatus “single” tadi. Dari sini aku belajar poin ketiga, UNTUK BERTANYA PADA HATI, siapa yang benar-benar kamu perlukan agar terus hidup. Jujur pada hati itu lebih baik kawan, dan beranilah untuk menunjukkannya. Kalaupun kamu ditolak, kamu akan lebih lega dan ikhlas untuk nyari yang baru, hahahaha… dan lucky, chagi juga punya pikiran yang sama. Akhirnya kita menjalani hubungan kita dengan lancar kali ini hingga tahun ketujuh, meskipun tetep LDR. Kita tetap sibuk dengan urusan kita masing-masing, tapi tak lupa memberi kabar dan tak lupa cerita tentang keseharian kita. Tak lupa, kita lebih leluasa untuk mengekspresikan segala macam perasaan kita masing-masing, seperti kangen, cemburu, khawatir, marah (tak berlebihan tentunya supaya tetep imut, :P ), sedih dan sebagainya. Jadi poin keempat adalah EKSPRESIKAN RASAMU DENGAN GAMBLANG TAPI TAK BERLEBIHAN DAN TANGGAPI DENGAN RINGAN. Kalian bisa juga beranalogi atau sambil bercanda meski hati kalian panas banget. Karena solusi tidak didapatkan dari emosi yang meledak-ledak fren. Buatlah kamu dan pasanganmu nyaman, sesulit apapun masalah yang kalian hadapi.
     Dan sekarang, kita sudah memasuki tahun kedelapan. Jarak kita bukannya makin deket, malah semakin jauh. Sebelumnya masih dalam satu negara, sekarang kita harus berpisah beda negara. Aku? Still here, at Pontianak, chagi? Dia sekarang tengah belajar untuk masternya di negeri tirai bambu sana, tepatnya Guangzhou. Komunikasi? Meskipun belom signifikan, tapi aku yakin akan lancar-lancar saja. Hellooww,,,sekarang bukan jaman surat pake merpati pos kaliii…di jaman serba instan ini, selama sinyal internet masih ada, kalian masih bisa berkomunikasi. Meskipun boleh juga sekali-sekali berkirim postcard, supaya berasa romantisnya.hahaha

Setelah sekian lama menjalani LDR, apakah kami masuk dalam kategori 99% atau yang 1%, kami sendiri masih belum tahu. Kita kembalikan sama jodoh aja deh. Gampang kan? Kuncinya IKHLAS kawan.

Tidak ada komentar: