Senin, 29 September 2014

MaBoy

CURRICULUM VITAE

Satria Dijaya B.Ed

Appreciating and concerning the learning process by paying more attention to each of steps, excellent in self-management and cooperative person.

Singkawang (Kalimantan Barat), March 5th 1990
Jalan Gunung Merapi gg. Rukun No. 9A, Rt 30/Rw12, Pasiran, Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia
+62-852-1112-1618
satria.dijaya@sampoernaeducation.net / satria_dijaya@yahoo.com
skype: satria.dijaya
passport no: A8973119
 



Educational Background

·         Graduated from English Language Teaching Department in Universitas Siswa Bangsa Internasional Jakarta cohort 2009 as a scholarship student for 4 years with GPA 3.87 (Magna Cum Laude).
·         Master Degree student in Curriculum and Pedagogy, Faculty of Education, South China Normal University September 2014-2017 as a scholarship student from China Government Scholarship.
 



Skills

MS Words, Computer Literate, Fluent in English (speaking and writing), Current TOEFL score 560, Classroom management, Time class management.
 



Research Experiences

a.       Speaker person on international science forum with a research called “Students’ Perception Toward Literature Circles in English Language Teaching Department Cohort 2012” in International Science Forum FPBS UPI on November 20th – 21st 2013.
  1. Speaker person on an international workshop and conference held in Phnom Penh, Cambodia on February, 22nd – 23rd 2013 with a research called “Classroom Practice to Enrich Toddler Students Vocabulary by Giving Words of This Week Activity.
  2. Understand about classroom management. Concerning this issue by making classroom action research and articles about it. Two of them are “Classroom Management: how to handle the noisy class” and “Using Literature Circles to Handle Big Class”.
  3. Conduct a research that focuses on educational field and ICT based entittled“Toddler and Early Childhood Teachers’ perception on Interactive Smartboard as a teaching tool in Makna School.”

 



Working Experiences

  1. Teacher in Beacon Academy International School
January 2014 – August 2014
·         Homeroom teacher for Year 1 class.
·         Pair teaching for Science, Geography, International Primary Curicullum (IPC) and English lesson.
·         Full teaching for Bahasa Indonesia lesson
·         Teaching using International Primary Curriculum (IPC)


  1. Training Teacher in Makna School
July 2013 – December 2013
·         Full-time teaching toddler and early childhood students with bilingual
·         Point person of SmartBoard Presentation and introduce some activities that can be used in Makna School and Yayasan Dharma Bermakna
·         Point person of quality tools, introduce many quality tools and explain it in depth whether it is possible to use and implement in The Leader In Me (TLIM) – 7 Habits for kids approache by inserting it in lesson plan.
·         Comparing and analyzing both curriculla, Cambridge and National Plus curricullum. The result will be used to see whether it is possible to use in Kindergarten B and Grade 1-6 of Elementary in Makna School.

  1. Research Assistant, IB Aceh Interactive Teaching Project and Sampoerna School Education
August 2011
·         Finding out the educational theories that related with the topic of research.
·         Creating a concern form and questions for Interview session.
·         Increasing higher order thinking and improving cooperative team work.
  1. Research Assistant, DIKTI Project
December 2010
·         Creating Lesson Plan for regular and disabilities students, as well as its materials.
·         Inputting the data using DIKTI website.
·         Learn how to manage the time related with datelines of task.

5.      SEP Program: Teaching in Sampoerna Academy Bogor, Regina Pacis and Global Islamic School, Jakarta
2012
·         Prospective students’ admission internship officer for Sampoerna Academy Bogor students intake 2013.
·         Planning teaching activities and preparing the materials based on Cambridge Curricullum and KTSP plus curricullum with master teacher’s guidance.
·         Applying the educational psychologiy theories and teaching methods into classroom context.

6.      Conducting Classroom Action Research in St. Tarsisius II, Jakarta
2011
·         Conducting a classroom action research while teaching and learning process based on the class environment’s problem with appropriate treatment.

7.      Teaching Assistance in Senior High School of 54, Jakarta
2010
·         Planning and conducting the pair teaching and helping teacher in preparing the material aids for teaching process.

8.      School Observation, Bendungan Hilir Elementary School, Jakarta
2009
·         Observing learning process and understanding the school environments.

 


Organization Experiences

1.      Sponsorship committee, National Future Educators Conference (NFEC)
2012 - present
·         Earning the financial support from person and companies, also strengthening the relationship well.

2.      Part Time Officer, UNESCO and Education Ministry
July 2012
·         Wrote a meeting minutes for a day activities and sent it to UNESCO a day after.
·         Gaining the information about entrepreneurship and sexuality education.

3.      Volunteer for SEA GAMES, Jakarta
2012
·      Working as Liaison Officer of Kempo team from Brunei Darussalam. Preparing everything that needed.
4.      Founder and Leader of Entrepreneur Club (EC), Sampoerna School of Education
March 2011
·         Working together to Establish a pioneer Entrepreneur Club organization in SSE 2011.
·         Developing and maintaining the programs that concern with financial student’s issues.
·         Self emotional management and motivator for others.

  1. Volunteer for social activity ‘Jambore Sahabat Anak’, Ragunan, Jakarta
2011
·         Working voluntarily to make unfortunate children happy and save in a camp by being an user, help the coordinator of group to make sure all the goods and meals are available.

  1. Volunteer for Kongres Guru Indonesia (KGI) in Kartini Building
May 20th 2010

·         Joining the great event for teacher around Indonesia by working voluntarily as an usher to help KGI committee in handling the event.

LDR


     Annyeong…rasanya uda lama banget nggak nulis, nulis apa aja. Karena sebelum-sebelumnya aku lebih suka ngepost video dari youtube yang menurutku bagus banget en sesuai dengan suasana hati. Okaayy! Kali ini ini aku pengen membahas tentang LDR. Apa itu LDR? LDR atau kalo kepanjangannya Long Distance Relationship itu (menurutku loh ya) adalah suatu hubungan jarak jauh yang biasanya dilakoni sama pasangan yang pacaran atau yang uda merid. Jauhnya itu ya bervariasi, bisa di luar kota sampe overseas alias di luar negeri.  Kalo pasangan yang uda merid mah gak bakal aku bahas disini karena itu ada unsur tanggung jawab di dalamnya, dan biasanya jarang banget pasangan merid yang LDR-an dalam waktu yang lama. Jadi kita fokuskan pada pasangan yang pacaran aja kali yaaa..hehehe.
before his departure
     Dari sekian banyak interview (jiah bahasanya), nggak kok cuma iseng nanya2 sama temen, adek tingkat, atau langganan warung ibuku tercinta di Singkawang sana. haha, rata-rata mereka lebih milih putus sama yayang-yayang mereka atau pun kalo bertahan, tidak dalam waktu yang lama ketika mereka harus dihadapkan dengan kenyataan harus LDR-an. Why? Kenapa? Beragam alasan. Ada yang emang gak tahan kalo harus jauh-jauh sama sang kekasih hati, ada yang gak percaya sama kesetiaan pacar mereka jadi bawaannya curigaan mlulu, ada yang miskomunikasi, trus ada juga yang gak tahan godaan dari orang-orang terdekat yang ngasi perhatian lebih daripada pacar yang nun jauh di sana. Katanya nih ya, hanya 1% pasangan LDR yang berhasil ke jenjang berikutnya alias merid. Sesusah itukah menjalani LDR?? Trus pasangan seperti apa sich yang berhasil melewati semuanya dan berhasil? Who knows??? Hanya saja aku ingin berbagi cerita tentang LDR itu. Kenapa harus aku?? Pertanyaan bagus. Mungkin jawabannya karena aku satu dari sekian banyak pasangan LDR. See?? Aku juga LDR-an loh. Gimana dunk?
     So, aku dan yayangku yang kadang aku panggil chagi (biasanya abang, tapi g akan aku pake di sini) udah pacaran selama 6 tahun. Waktu yang cukup lama. Trus, sejak kapan kami menjalani LDR? Tepatnya setelah kami selesai SMA. Kami pacaran mulai kelas 3 SMA, itu berarti setahun setelah kami sudah menjalani yang namanya LDR, mulai dari jarak antar kota tapi masih dalam satu provinsi karena aku harus kuliah di Pontianak. Saat itu aku masih bisa pulang sebulan atau dua bulan sekali dan ketemu chagi. Tahun ini merupakan tahun penuh kenangan karena lebih banyak waktu yang kita lalui berdua aja. Maklum, jaman sekolah masih belom bisa jalan berdua karena fokus untuk ujian.
     Tahun ketiga, jarak kami harus lebih jauh lagi, karena chagi harus kuliah di Jakarta. Dan dimulailah LDR penuh kesabaran. Berhubung chagi uda punya temen baru dan kebetulan mereka deket banget, ditambah lagi dengan godaan gemerlapnya ibu kota, bikin aku yang di Pontianak agak-agak deg-degan, takut plus rendah diri, apalagi pada kenyataannya hubungan kami tidak kami publish. Saat itulah ada cerita dimana chagi ditaksir sama temen-temen ceweknya…hohoho..kok bisa? Ya bisa dunk, orang chagi ini anaknya baik banget dan mudah deket sama cewek dan selalu berusaha membuat temen-temennya seneng (muji pacar sendiri neh,,hahaha). Tapi berhubung aku anaknya cool gitu, tanggapanku sedikit hati-hati dan berusaha bersikap dewasa. Karena aku juga kenal seperti apa chagi. Jadi, poin pertama di sini adalah KENALI PASANGANmu dengan baik kawan dan kamu akan dengan mudah menyikapi kejadian seperti itu. Bukan karena kamu percaya sama pasanganmu, tapi kamu percaya dengan dirimu sendiri bahwa kamu yang paling pantas untuk dia, jiah.. Well, karena sikapku itu, aku justru makin disayang sama chagi dan temen-temennya respect banget sama aku dan jelas mereka penasaran pengen ketemu sama aku (kali ini muji diri sendiri^^).
Tahun keempat, merupakan tahun cobaan. Komunikasi kita kurang lancar karena kesibukan masing-masing. Ketika aku sms atau nelpon, chagi sedang sibuk banget sampe sms tak dibalas n telpon ta diangkat. Begitu juga sebaliknya?? Saat itu aku ngerasanya aku yang lebih sayang sama chagi, jadi bela-belain balas sms atau mengangkat telpon meskipun di tengah praktek. Tapi terkadang aku juga mengabaikan chagi. Kita berdebat, merajuk, baikan, kemudian mulai tertutup. Kita jarang cerita-cerita lagi, jarang ngasi kabar selama berminggu bahkan bulan. Sebenarnya bukan kuantitas komunikasi yang menjadi masalah kami, tapi lebih pada kualitasnya. Jadi poin kedua adalah KOMUNIKASI YANG BERKUALITAS. Tak jadi masalah ketika kalian jarang berkomunikasi, tapi ketika kalian saling kontak, isi pembicaraan yang berkualitas lebih baik daripada tiap hari kalian kontak tapi isinya itu mlulu yang jatohnya malah jadi membosankan. Trus komunikasi yang berkualitas itu seperti apa? Tergantung kalian mengukurnya, tapi menurutku bagaimana kalian terbuka dan apa adanya dengan pasangan kalian dengan pembicaraan ringan lebih berkualitas daripada kalian mempertanyakan kesetiaan dan seberapa besar cinta pasangan kalian terhadap kalian, karena jika tidak berhati-hati malah berujung pertengkaran. Ingat, pasangan LDR cenderung sensitif ketika membahas itu. Namun, pada akhirnya kami gagal di tahun ini karena kurangnya keterbukaan kami terhadap pasangan masing-masing.
     Masuk tahun kelima, aku maupun chagi punya status baru, “single”. Rasanya? Aneh! Terutama untukku, karena sejak aku mengenal yang namanya pacaran, aku nggak pernah punya status single, bahkan untuk satu hari karena aku langsung punya pacar dihari yang sama ketika aku putus dengan pacar sebelumnya, hahaha…trus hubunganku dengan chagi? Jelas, kita semakin menjauh dan sangat-sangat jarang berkomunikasi. Ketika aku sudah tak tahan lagi dan menjadi gila, aku mulai mengiriminya sms-sms yang isinya agak memalukan, seperti “kangen”,”apa kamu benar-benar melepasku?”, atau “aku ditembak hari ini, menurutmu gimana?”. Hallooowww….dipikir lagi, itu benar-benar memalukan dan menghancurkan harga diri, kawaann! Akhirnya aku menyibukkan diri dengan kuliah, organisasi dan mencari pasangan baru, meskipun yang terakhir itu gagal dan pada akhirnya berhenti. Karena jauh di dalam hati, aku masih membandingkan dia dan gebetan. Bagaimana dengan chagi? Aku gak tau dia menjalani hari-harinya, sampai mendekati akhir tahun kelima.
     Awal tahun keenam, terjadi keajaiban. Karena kami bertemu lagi, dan kita buka-bukaan. Violaa…kita balikan lagi tanpa adanya satu orangpun yang masuk saat kita masing-masing berstatus “single” tadi. Dari sini aku belajar poin ketiga, UNTUK BERTANYA PADA HATI, siapa yang benar-benar kamu perlukan agar terus hidup. Jujur pada hati itu lebih baik kawan, dan beranilah untuk menunjukkannya. Kalaupun kamu ditolak, kamu akan lebih lega dan ikhlas untuk nyari yang baru, hahahaha… dan lucky, chagi juga punya pikiran yang sama. Akhirnya kita menjalani hubungan kita dengan lancar kali ini hingga tahun ketujuh, meskipun tetep LDR. Kita tetap sibuk dengan urusan kita masing-masing, tapi tak lupa memberi kabar dan tak lupa cerita tentang keseharian kita. Tak lupa, kita lebih leluasa untuk mengekspresikan segala macam perasaan kita masing-masing, seperti kangen, cemburu, khawatir, marah (tak berlebihan tentunya supaya tetep imut, :P ), sedih dan sebagainya. Jadi poin keempat adalah EKSPRESIKAN RASAMU DENGAN GAMBLANG TAPI TAK BERLEBIHAN DAN TANGGAPI DENGAN RINGAN. Kalian bisa juga beranalogi atau sambil bercanda meski hati kalian panas banget. Karena solusi tidak didapatkan dari emosi yang meledak-ledak fren. Buatlah kamu dan pasanganmu nyaman, sesulit apapun masalah yang kalian hadapi.
     Dan sekarang, kita sudah memasuki tahun kedelapan. Jarak kita bukannya makin deket, malah semakin jauh. Sebelumnya masih dalam satu negara, sekarang kita harus berpisah beda negara. Aku? Still here, at Pontianak, chagi? Dia sekarang tengah belajar untuk masternya di negeri tirai bambu sana, tepatnya Guangzhou. Komunikasi? Meskipun belom signifikan, tapi aku yakin akan lancar-lancar saja. Hellooww,,,sekarang bukan jaman surat pake merpati pos kaliii…di jaman serba instan ini, selama sinyal internet masih ada, kalian masih bisa berkomunikasi. Meskipun boleh juga sekali-sekali berkirim postcard, supaya berasa romantisnya.hahaha

Setelah sekian lama menjalani LDR, apakah kami masuk dalam kategori 99% atau yang 1%, kami sendiri masih belum tahu. Kita kembalikan sama jodoh aja deh. Gampang kan? Kuncinya IKHLAS kawan.

Jumat, 18 Juli 2014

Dunia Kosong


                Wow..ternyata dia sudah begitu dewasa sekarang. Itu yang aku pikirkan ketika bertemu dengan adik laki-lakiku setelah beberapa bulan tak bertemu. Lain hal dengan adikku yang nomor dua, dia begitu percaya diri dan terampil membuat aneka kue, membuatku iri setengah mati, terlebih keterampilan tersebut menghasilkan uang. Siapa yang tidak suka dengan uang di dunia ini? Adikku yang bungsu juga sudah besar, kelas 1 SMA, seorang gadis yang lagi semangat-semangatnya mengikuti berbagai kegiatan ekskul dan pengembangan diri. Aku? Masih mahasiswa tingkat akhir, benar-benar akhir hampir DO. Menyedihkan!
                Di lain kesempatan, aku menonton drama korea sambil makan, atau kadang ngemil di kontrakan kecilku di Pontianak. Melihat betapa Lee Min Ho bertambah ganteng di drama terbarunya, atau mengetahui pemeran Chun Yang ternyata sudah melahirkan, lain lagi dengan Heo Young Saeng yang langsung wamil setelah berhasil mengumpulkan member SS501 lain di konsernya, dan idol-idol lain yang comeback, membuatku tersadar ternyata banyak waktuku terbuang tanpa menghasilkan apapun. Lihatlah artis-artis itu, mereka muncul dengan karya mereka Nina!
                Yang paling nyata dari semuanya, teman-temanku. Kini, tiada bulan tanpa kabar dari teman-temanku, terutama dari undangan pernikahan mereka. Meskipun pernikahan masih jauh dari anganku, tapi teman-temanku menyadarkan “Sudah usianya memikirkan hal itu!” Aku speechless. Hanya bisa berteriak dalam hati ‘Hellooooo….gue masih mahasiswa!’. Membuatku depresi. Tak kalah, ne namja chingu, cowok yang paling aku banggakan sekarang seperti penyebar terror paling berbahaya buatku dengan kabar rencana kepulangannya. Dia akan pulang dengan gelar sarjana dan pekerjaan yang penghasilannya bikin ngiri, yang akan dipuji oleh keluarganya, mungkin keluargaku juga. Membuat harga diriku sedikit terluka karena aku yang terlebih dahulu memulai, sementara dia yang terlebih dahulu mengakhiri, status mahasiswa maksudku.
               Dan kini aku bertanya pada diriku sendiri, “Apa kabarmu, Nina?”. Di duniaku yang katanya penuh cinta dari keluarga, sahabat, dan kekasih, aku merasa kosong. Tanpa arah. Tujuan hidupku sepertinya mulai memudar. Tidak. Mungkin sudah hilang. Khayalan itu masih ada. Sekedar khayalan. Mimpi? Bahkan aku takut bermimpi sekarang, karena yang muncul hanya mimpi buruk. Membuatku bangun dengan perasaan depresi, stress, dan kangen. Kangen dengan semua semangat yang pernah kumiliki, dulu. Pertanyaannya sekarang, kapan aku akan keluar dari dunia kosongku? Siapa yang akan menyelamatkanku dari dunia kosong itu? Hanya aku yang tau jawabannya, meskipun aku terus menyangkalnya. Bodoh memang.