Rabu, 18 April 2012

Ternyata Patah Hati itu……..


Dua hari lalu aku berulang tahun yang ke-22. Usia yang cukup matang menurut orang-orang. Tapi aku sendiri merasa masih berjalan di tempat. Sama sekali nggak ada yang special di usia ini. Selain berkurangnya umur di dunia ini, aku praktis tidak ada perubahan. Masih seorang nina yang bingung menyelesaikan kuliahnya di tahun terakhir dengan visi misi hidup yang tak jelas, sikap yang masih kekanakan menjurus pecicilan, dan yang paling parah masih saja seperti orang linglung saat patah hati.
Iya! Aku patah hati tepat dihari ulang tahunku. Hari dimana seharusnya aku menyusun resolusi hidupku. Sebenarnya patah hati ini udah telat,karena aku menyandang status single sejak tahun lalu, tapi tak begitu parah karena sang mantan masih single juga. Tapi di pagi hari itu aku membaca komen di foto profilnya yang mengatakan bahwa dia sudah menemukan pengobat hatinya.
Hingga 21 tahun hidupku, aku belum pernah patah hati. Iya, aku belum pernah hati. Aku sering kehilangan orang-orang yang aku sayangi, tapi jelas belum pernah patah hati bahkan dengan pacar pertamaku. Selama ini aku hanya merasa kehilangan dan tidak ada yang berubah dalam keseharianku. Aku masih bisa makan dengan teratur dengan porsi yang cukup, masih bisa konsentrasi belajar, masih bisa ketawa-ketiwi dengan teman-teman ngumpul, masih bisa terbawa emosi saat nonton drama korea yang menyentuh, masih optimis bahwa ada yang akan datang untuk mengisi rasa kehilangan tersebut. Tapi tidak kali ini. Saat aku membaca komen tersebut, tubuhku bahkan bereaksi lebih cepat dari pikiranku. Perutku langsung mulas nggak jelas, dadaku sesak tanpa alasan, napasku tercekit dan tanganku gemetar. Atmosfer di kamarku seakan mencekikku. Aku bertanya-tanya apa ini yang disebut patah hati??? Aku tak tahu, tapi aku tahu pasti, aku tidak bisa berpikir untuk menemukan jawabannya. Pikiranku tiba-tiba saja kosong, benar-benar kosong. Dan aku merasa ada lubang besar, sangat besar di hatiku.
Aku bahkan hanya menyahut tak jelas pada adikku yang kebetulan ada di sampingku saat itu. Dan selama mengantarnya belanja oleh-oleh yang akan dibawa pulang ke Singkawang, aku menolak untuk berpikir atau memikirkan sesuatu. Tapi aku bersyukur tubuhku masih cukup kuat untuk mengemudikan motor.
Sepulangnya adikku, aku merasa seperti orang bodoh. Tidak melakukan apa-apa. Hanya terbaring dilantai tanpa alas, mendengarkan lagu-lagu patah hati dan tak lama kemudian aku menangis, hal yang sangat jarang terjadi. Aku menangis sampai tidak bisa bangkit, dan sialnya tidak ada tempat untuk bersandar. Good damn, ternyata aku menangis sampai tertidur. Bangun tidur kepalaku cenat-cenut nggak keruan, hidungku merah, mataku bengkak dan tubuhku sakit karena tidur tanpa alas,ditambah perutku pedih karena belum diisi apa-apa sejak pagi. Dan lagi-lagi aku menolak melakukan apa pun. Hanya diam tidak bergerak, bahkan untuk minum sekalipun.
Kali ini aku mengoreksi sedikit lirik lagu dangdut yang bilang “lebih sakit gigi dari pada sakit hati”, karena menurutku sama saja. Ternyata….sakit gigi dan sakit hati punya persamaan….sama-sama bikin sakit kepala n nggak nafsu makan!