Jumat, 18 Juli 2014

Dunia Kosong


                Wow..ternyata dia sudah begitu dewasa sekarang. Itu yang aku pikirkan ketika bertemu dengan adik laki-lakiku setelah beberapa bulan tak bertemu. Lain hal dengan adikku yang nomor dua, dia begitu percaya diri dan terampil membuat aneka kue, membuatku iri setengah mati, terlebih keterampilan tersebut menghasilkan uang. Siapa yang tidak suka dengan uang di dunia ini? Adikku yang bungsu juga sudah besar, kelas 1 SMA, seorang gadis yang lagi semangat-semangatnya mengikuti berbagai kegiatan ekskul dan pengembangan diri. Aku? Masih mahasiswa tingkat akhir, benar-benar akhir hampir DO. Menyedihkan!
                Di lain kesempatan, aku menonton drama korea sambil makan, atau kadang ngemil di kontrakan kecilku di Pontianak. Melihat betapa Lee Min Ho bertambah ganteng di drama terbarunya, atau mengetahui pemeran Chun Yang ternyata sudah melahirkan, lain lagi dengan Heo Young Saeng yang langsung wamil setelah berhasil mengumpulkan member SS501 lain di konsernya, dan idol-idol lain yang comeback, membuatku tersadar ternyata banyak waktuku terbuang tanpa menghasilkan apapun. Lihatlah artis-artis itu, mereka muncul dengan karya mereka Nina!
                Yang paling nyata dari semuanya, teman-temanku. Kini, tiada bulan tanpa kabar dari teman-temanku, terutama dari undangan pernikahan mereka. Meskipun pernikahan masih jauh dari anganku, tapi teman-temanku menyadarkan “Sudah usianya memikirkan hal itu!” Aku speechless. Hanya bisa berteriak dalam hati ‘Hellooooo….gue masih mahasiswa!’. Membuatku depresi. Tak kalah, ne namja chingu, cowok yang paling aku banggakan sekarang seperti penyebar terror paling berbahaya buatku dengan kabar rencana kepulangannya. Dia akan pulang dengan gelar sarjana dan pekerjaan yang penghasilannya bikin ngiri, yang akan dipuji oleh keluarganya, mungkin keluargaku juga. Membuat harga diriku sedikit terluka karena aku yang terlebih dahulu memulai, sementara dia yang terlebih dahulu mengakhiri, status mahasiswa maksudku.
               Dan kini aku bertanya pada diriku sendiri, “Apa kabarmu, Nina?”. Di duniaku yang katanya penuh cinta dari keluarga, sahabat, dan kekasih, aku merasa kosong. Tanpa arah. Tujuan hidupku sepertinya mulai memudar. Tidak. Mungkin sudah hilang. Khayalan itu masih ada. Sekedar khayalan. Mimpi? Bahkan aku takut bermimpi sekarang, karena yang muncul hanya mimpi buruk. Membuatku bangun dengan perasaan depresi, stress, dan kangen. Kangen dengan semua semangat yang pernah kumiliki, dulu. Pertanyaannya sekarang, kapan aku akan keluar dari dunia kosongku? Siapa yang akan menyelamatkanku dari dunia kosong itu? Hanya aku yang tau jawabannya, meskipun aku terus menyangkalnya. Bodoh memang.