Senin, 16 Februari 2009

Kecantikan Seorang Wanita

Mendengar kata cantik, mungkin benak kita langsung membayangkan sosok tinggi-langsing, berkulit halus-lembut, dan memiliki wajah seindah purnama. Persis seperti model iklan kosmetika ditelevisi. Berjuta-juta perempuan dengan wajah pas-pasan iri dan tergoda mencoba kosmetika tersebut. Apalagi narasi iklan sering menggambarkan begitu banyaknya laki-laki tampan tertarik padanya. Secara tak langsung iklan tersebut berkampanye; seperti inilah perempuan idaman laki-laki.

Kebanyakan orang menilai cantik tidaknya perempuan hanya dari fisik semata. Dan beruntunglah mereka yang dianugerahi rupa seindah mutiara. Tapi bagaimana dengan mereka yang punya jasmani pas-pasa? Betapapun mereka sudah menggunakan kosmetik mahal, sulit menandingi perempuan yang sejak lahir sudah cantik.

Ada cara mudah dan murah untuk membuat perempuan cantik, meskipun secara fisik mereka kurang manarik. Yang pertama kali harus dilakukan adalah mendefinisikan kembali makna cantik tersebut. Cantik bukan masalah fisik semata. Kecantikan sejati juga bias diraih dengan memaknai kecantikan sebagai berikut:

1. Kecantikan perempuan ada dalam iman taqwanya yang menyejukkan mata kaum laki-laki. Seorang perempuan yang menghias jasmaninya dengan iman dan taqwa akan memancarkan cahaya surge. Dengan kepatuhannya menjalankan ibadah, ia akan mempesona. Yang Kuasa memberikannya kecantikan abadi, magnet alami. Tak perlu kosmetik, parfum atau penampilajn berlebih, laki-laki akan tertarik padanya.

2. Kecantikan perempuan ada pada kehangatan sikapnya yang mampu menggetarkan sensitifitas dan kecintaan pria.

Secara umum laki-laki memang responsive terhadap perempuan yang bagus fisiknya. Tapi ketertarikan itu tak kekal, bias membuat laki-laki bosan. Kehangatan kasih sayang dan cinta kasih yang tuluslah yang akan membuat sang pria nyaman berada di sisinya. Tak bias melupakannya.

3. Kecantikan perempuan ada pada kelembutan sikapnya.

Kelembutan bukan berarti lembek dan manja. Kelembutan seperti roti. Meskipun sedikit, tapi mengenyangkan. Dari took roti manapun roti berasal, ia tetap lembut. Jadi perempuan dari suku manapun bias tetap lembut pada pasangannya. Asal ia mau berusaha.

4. Kecantikan perempuan berada dalam pandangannya yang teduh dan suaranya yang hangat. Walau mata tak seindah bintang kejora, setiap perempuan bias memiliki mata embun. Teduh. Sejuk. Tak gampang emosi. Menyikapi tingkah laku sekitarnya secara bijak. Ia selalu berprasangka baik. Perkataannya bukan pisau yang menikam. Perkataanya adalah bara yang menyalakan semangat di dada. Tak ada kata sia-sia yang terucap dari bibirnya.

5. Kecantikan perempuan berada dalam senyumannya yang menambah kecantikannya dan membaut gembira hati orang yang melihatnya.

Senyum adalah sedekah. Murah senyum tanpa bermaksud menggoda apalagi berlebihan bias membuat wajah indah. Meskipun berwajah rupawan, tapi jika malas tersenyum, hanya aura negative yang akan ditangkap oleh orang-orang di sekitarnya.

6. Kecantikan perempuan berada pada intelektualitasnya.

Ukuran intelektual bukan pada gelar sarjananya atau dimana ia pernah menuntut ilmu. Banyak ilmu-ilmu yang bias dipungut dari sekitar, yang membuat si perempuan menjadi cerdas. Kehidupan adalah sekolah yang tak pernah tamat sebelum ajal menjelang.

7. Kecantikan perempuan berapa pada seberapa jauh pengetahuannya akan tanggung jawab yang diembannya, baik itu sebagai pelajar, ibu, aktivis, dan sebagainya.

Seberapa jauh pengetahuan perempuan akan terlihat pada tingkah laku orang-orag disekitarnya. Ia akan selalu berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya. Mengambil peran penting dalam rangka memperbaiki lingkungan.

8. Kecantiakan perempuan berada pada kemampuan dan keinginannya untuk member.

Orang bias mskin harta, tapi ia bias kaya hati. Selalu memberi, tanpa mengharap imbalan yang berarti. Ia senang ketika orang lain senang. Ia sedih ketika orang lain sedih. Kemurahan hatinya membuat wajahnya bersinar. Membuat ia selalu dirindukan, meskipun sosoknya biasa-biasa saja.

Satu hal yang paling penting, kecantikan-kecantikan ini sifatnya abadi. Akan dikenang meskipun si perempuan telah tiada. Tidak seperti kecantikan lahiriah yang sementara. Setelah tua, ketika senja menyapa, ia tak menarik lagi. Manakah yang akan teman-tema pilih? Kecantikan sementara atau kecantikan abadi??

Sumber : “Ya Ma’syaru Ar-Rijaal, Rifqan bin An-nisaa”

Oleh Dr. Najah Ahmad Azh Zhihar, dan Ust. Cinta

Tidak ada komentar: