Aku ingin hujan melebur tangisku...
membekam teriakanku...
Menghanyutkan..
Semua lelahku
Semua sedihku
Semua keluhku
Semua kesalku
Aku ingin angin membawa suaraku
Hingga ia sayup tak terdengar lagi
Agar aku merasa bebas
Lepas
Lega
Hingga aku bisa tersenyum lagi
Jumat, 12 Desember 2008
Rabu, 03 Desember 2008
Perpisahan itu menyakitkan…
Jujur,,kali ini aku nggak peduli kalau dibilang pecicilan.
Aku nggak bakal ambil pusing kalau dikatakan ini picisan.
Aku bakal cuek walaupun dibilang nggak intelek.
Karena ini sama sekali bukan masalah yang dapat diukur dengan nilai dan satuan atau bias dihitung dengan rumus matematika.
Dia bukan sekedar teman ngobrol bagiku.
Dia bukan sekedar teman pengisi waktu luang.
Dia bukan sahabat…tapi kami sangat dekat.
Karena dia (semoga) selalu ada saat-saat aku butuh pegangan, atau sebagai pendengar segala keluhanku. Tentu bukan itu saja. Aku selalu ingin berbagi kebahagiaan dengannya.
Tapi teman, jangan anggap hubungan kami ‘spesial’.
Hubungan kami memang spesial, dalam artian bukan sekedar teman, sahabat, atau pacar.
Boleh dibilang, aku menganggapnya sebagai sosok ABANG yang selama ini aku idamkan.
Setelah kenal sekian tahun, rasanya nggak ada yang bisa menandingi kesedihanku kali ini.
Kami berpisah.
Tanpa pertemuan dengan kata perpisahan.
Tanpa basa-basi.
Tiba-tiba saja dia menghubungiku lewat HP.
Taukah kamu teman…
Baru kali ini aku benar-benar BENCI dengan hasil teknologi mutakhir manusia tersebut.
Dengan seribu satu alasan yang membuatku merasa ada jarak yang sangat jauh dengan seseorang. HP yang katanya membuat jarak tak terasa karena tetap dapat berkomunikasi ternyata malah membuat jarak semakin jauh meskipun dengan orang yang dengan mudah dapat ditemui kapan saja. Membuat orang jadi malas bersilaturahmi…dengan alasan..kan ada HP…
Jujur,,kali ini aku nggak peduli kalau dibilang pecicilan.
Aku nggak bakal ambil pusing kalau dikatakan ini picisan.
Aku bakal cuek walaupun dibilang nggak intelek.
Karena ini sama sekali bukan masalah yang dapat diukur dengan nilai dan satuan atau bias dihitung dengan rumus matematika.
Dia bukan sekedar teman ngobrol bagiku.
Dia bukan sekedar teman pengisi waktu luang.
Dia bukan sahabat…tapi kami sangat dekat.
Karena dia (semoga) selalu ada saat-saat aku butuh pegangan, atau sebagai pendengar segala keluhanku. Tentu bukan itu saja. Aku selalu ingin berbagi kebahagiaan dengannya.
Tapi teman, jangan anggap hubungan kami ‘spesial’.
Hubungan kami memang spesial, dalam artian bukan sekedar teman, sahabat, atau pacar.
Boleh dibilang, aku menganggapnya sebagai sosok ABANG yang selama ini aku idamkan.
Setelah kenal sekian tahun, rasanya nggak ada yang bisa menandingi kesedihanku kali ini.
Kami berpisah.
Tanpa pertemuan dengan kata perpisahan.
Tanpa basa-basi.
Tiba-tiba saja dia menghubungiku lewat HP.
Taukah kamu teman…
Baru kali ini aku benar-benar BENCI dengan hasil teknologi mutakhir manusia tersebut.
Dengan seribu satu alasan yang membuatku merasa ada jarak yang sangat jauh dengan seseorang. HP yang katanya membuat jarak tak terasa karena tetap dapat berkomunikasi ternyata malah membuat jarak semakin jauh meskipun dengan orang yang dengan mudah dapat ditemui kapan saja. Membuat orang jadi malas bersilaturahmi…dengan alasan..kan ada HP…
Langganan:
Postingan (Atom)