Minggu, 15 Maret 2009

When I have a choice, the best one I do!!

Of course, it is in my point of view….not the other!!!

Karena hanya dengan cara itulah aku dapat survive menjalani hidup yang penuh masalah...
Dengan itu aku dapat memetik makna hidup...
Dengan begitu...aku akan tegar untuk terus menantang hidup...


Terbakarlah biar terbakar
Semua rautmu dalam kanvas hidupku
Semua desah dalam relung hatiku
Karena api adalah abu yang berlalu
Hanyut maka hanyutlah
Segala mansa yang melarut
Dalam darah nadiku
Segala sampan yang kau kayuh untuk jiwaku
Karena laut adalah raja segala pilu
Maka luruh dan sejatilah kau meluruh
Menggenapkan semua lekuk senyummu

By: A’an
22:58
17/11/2007

Aiwa Nanda???

Jika denger lagu seberapa pantas-nya Sheila On7, aku langsung teringat kepada seseorang. Seseorang yang awalnya selalu membuatku geleng-geleng kepala dengan keras agar dia bisa hilang dari pikiranku. Namun sekarang, aku selalu menemukan alasan agar dia nggak bisa hilang dari pikiranku itu.

Dia membuatku merasa aman meskipun dalam situasi yang sama sekali tak mendukung.

Dia mampu menghidupkan senyumku meski sedang bersedih.

Dia mampu membuatku bahagia meski dihimpit masalah.

Dia mampu membuatku berpikir jernih meski dilanda kalut.

Dia mampu membuatku positif meski semua memandangku negative.

Dia mampu membuatku tegar meski dirundung duka mendalam.

Dia mampu membuatku tertawa meski sedang menangis.

Dia mampu membuatku percaya meski jauh.

Dia mampu membuatku peduli meski dicuekin

Dia mampu membuatku lebih baik dalam keadaan terburukku

Bersamanya…aku belajar menjadi dewasa.

Bersamanya…aku belajar arti hidup.

Bersamanya…aku belajar mandiri.

Meski dia tak selalu ada di sampingku…

Namun dia tetap menemaniku…

Karena dia sudah menempati salah satu bagian istimewa dihatiku…

Arigatou ne Ai….

Namun….harus kulupakan cinta…ketika kubersujud…

Yup...that's the truth

at midnight…

10/03/2009

Senin, 09 Maret 2009

part of my life

EPISODE TEGUH

Nieda lagi asik-asik menikmati bakso panas dan segelas es teh saat tiba-tiba cowok paling rese datang. Bruukk!! Tanpa tedeng aling-aling, sang cowok langsung meneguk sisa es tanpa peduli pelototan mata yang empunya. Panas euy, eh malah dihabisin.

“Sorry-sorry, panas banget. Lagian, panas-panas gini makan bakso? Nggak salah?”

Nieda melengos, kemudian mengambil segelas es teh lagi. Emang rada gokil juga Nieda, panas-panas di tengah hari makan bakso. Tapi itulah Nieda.

“Kamu tau kenapa? Karena es teh ini terasa banget nikmatnya justru pada saat hari lagi panas ditambah dengan bakso plus cabe yang pastinya hot banget,”Nieda mencoba ngeles. Teguh ngakak mendengar alasan Nieda.

“Lagian nggak penting banget seh pertanyaannya. Kayak nggak kenal aku aja.” Nieda sewot.

“Nah itu dia, dari pertama kali kenal, aku sama sekali nggak ngerti banget sama filosofi hidupmu yang satu itu.” Nieda sama sekali tidak mencoba berdebat, karena percuma juga, pikirnya.

“Nenek mana?”tanya Teguh. Dia memang sudah terbiasa memanggil nenek Nieda dengan panggilan yang sama. Nieda kenal dengan Teguh juga karena sang nenek yang memperkenalkan mereka, dan kebetulan mereka bersekolah di tempat yang sama. Karena intensitas pertemuan yang cukup sering di sekolah, apalagi setiap seminggu sekali Nieda ke rumah neneknya, jadilah hubungan mereka begitu akrab, meskipun lebih sering berdebat.

Ada di dapur. Napa?” Bukannya menjawab, Teguh hanya tersenyum, misterius. Kemudian segera meninggalkan Nieda di ruang tamu.

***

“Eh, Teguh tuh!” Ranti heboh mengguncang tubuh Nieda. Kelihatan banget mata Ranti berbinar memandang Teguh dari kelas. “ Dia mau kemana ya?”

Nieda hanya geleng-geleng kepala. Tidak peduli dengan sikap Ranti. Tuh anak emang deh, malu-maluin. Dengan hanya melihat Teguh aja dia begitu histeris, membuat Nieda takut memberitahu fakta bahwa dia cukup akrab dengan Teguh. Bisa jadi sasaran sang fans maniak dia. Lagipula apa sich yang dibanggakan dari Teguh? Ok, secara fisik dia nggak bikin malu kalau diajak jalan. Tapi tingkah lakunya yang tengil itu yang bikin Nieda illfil tiap kali ketemu. Hanya kadang-kadang aja Teguh terlihat manis, saat dia lagi serius. Selebihnya, selalu bikin sebel. Apalagi jika Teguh mulai dengan kebiasaan jeleknya, yaitu merokok.

“Kamu mau kemana?” tanya Ranti melihat Nieda berdiri.

“Perpus.”jawab Nieda singkat.

“What?!”

“Halloowww mbak Ranti sayang…lupa apa bentar lagi kita ujian? Tinggal menghitung hari. Makanya jangan mikirin Teguh terus, pikirin tuh mau kemana kita bis ini. Emang nggak pengen masuk SMA fave?”

“Yee..siapa juga yang nggak pengen masuk SMA fave? Tapi itu kan bukan berarti mengorbankan perasaan hati. Huh u…” Ranti mulai dengan gaya teaternya yang bikin Nieda mau muntah. Cepat-cepat dia menyingkir sebelum benar-benar mengeluarkan isi perutnya. Ranti juga segera mengekor Nieda.

“Sebenarnya si Teguh kayak gimana sich orangnya? Misterius. Emang nggak bisa dipungkiri, image dia di sekolah udah jelek banget. Tapi di luar??? Waduh, bikin aku penasaran.”

Belum sempat menanggapi Ranti, langkah mereka tertahan oleh sebuah panggilan untuk Nieda.

“Nieda!!!” Nieda menoleh, dan langsung kaget dengan apa yang dia lihat.

“I LOVE U!!! Mau nggak jadi pacar aku???” Teguh membawa sebuah lap meja makan bergambar hati milik neneknya di ujung lapangan volly berseberangan dengan tempatnya berdiri, membuat Nieda ingat leluconnya waktu Teguh bertanya jenis penembakan seperti apa yang diidamkannya. Hampir saja Nieda melepas sepatunya dan melemparnya ke jidat Teguh. Tapi dia hanya terpaku sebentar untuk kemudian tergesa-gesa menjauh dari tempat tersebut.

Ranti histeris. “Teguuuhhh….Nieda nggak mau. Gimana kalau aku aja yang jadi pacarmu?” Dan sekali lagi Nieda terpaku, melotot ke arah Ranti yang nyengir kuda. Sementara Teguh entah sudah ngabur kemana. “Rantiiii!!!!!!” Teriak Nieda.

***

Sejak kejadian di lapangan volly tersebut, Nieda sama sekali tidak melihat batang hidung Teguh. Bahkan beberapa kali dia melewati kelas Teguh yang kebetulan bersebelahan dengan kelasnya, tidak menemukan makhluk ajaib tersebut. Sempat timbul khawatir, apalagi dia tidak pernah main ke rumah neneknya lagi. Menghindari Teguh.

Hingga siang ini, saat Nieda mendengar hal yang sama sekali tidak menyenangkan hatinya. Dia nekat ke rumah Teguh.

Ada apa lagi? Semua udah selesai bukan?” Nieda seperti tak mengenali Teguh lagi. Bahkan nada suaranya.

“Kamu??”

“Intinya kamu percaya atau nggak?”

Nieda terdiam. Bingung harus menjawab seperti apa.

“Kamu berubah.”akhirnya hanya itu yang keluar dari bibir Nieda. Teguh tersenyum sinis mendengarnya.

“Awalnya aku kira kamu beda Nie, seiring dengan waktu aku semakin yakin itu. Tapi kejadian kemarin benar-benar membuatku kecewa. Bahkan sampai sekarang kamu lebih memilih abu-abu.”

Nieda diam tak berkutik. Salahnya tak memperingatkan Teguh. Dan semuanya terjadi saat dia baru saja mempunyai keberanian untuk bicara.

“Semua sudah nggak percaya aku lagi Nie, apalagi semenjak fitnah itu menyebar kayak bulu yang beterbangan. Kemarin Kepsek manggil aku.”

“Aku percaya kamu Guh, tapi gimana aku harus bersikap? Kamu sama sekali nggak berusaha membuktikan kebenaran itu.”

Teguh tertawa. “Bukankan itu yang mereka mau?” Nieda lagi-lagi diam. Bingung dengan sikap Teguh. Sedikit rasa kasihan mampir dibenaknya. Tapi kali ini dia sama sekali tak punya kuasa untuk menolong. Sebagai seorang yang sangat akrab dengan rokok, sulit untuk menafikan jika Teguh akan lebih terjerumus lagi. Meskipun rasa percaya itu lebih besar, Nieda tak dapat membuktikan kebenaran yang diyakininya. Nieda tak dapat membayangkan apakah dia bisa berhadapan dengan pihak kepolisian. Dia baru kelas tiga SMP, umurnya baru 14 tahun. Ditambah lagi bayangan orang tua yang pasti menentangnya habis-habisan. Nieda benar-benar bingung dan sangat menyesalkan kejadian yang menimpa Teguh.

“Guh, maaf.”

Teguh tersenyum, kemudia mengangguk. “Aku nggak memaksa. Tapi…satu hal, nanti jika sesuatu terjadi, aku mohon jangan menyesal. Aku pergi.” Teguh segera beranjak pergi dengan sepeda motornya.

Angin menghembus jilbab putih Nieda lembut. Dia menatap bangku disebelahnya, tempat dimana mereka selalu bersenda gurau atau berdebat hebat. Persis di samping rumah Teguh. Dan Nieda merasa, dia akan meninggalkan bangku ini dalam waktu yang lama. Nieda menghembuskan nafasnya berat, kemudian berpamitan dengan Tante Ros, ibunya Teguh yang tampak sangat lelah memikirkan anak sulungnya itu.

***

Perlahan tempat itu semakin sepi, hanya Nieda yang tetap diam tak bergeming dari tempatnya berdiri. Gerimis mulai berubah menjadi titik-titik air, membasahi tanah juga melebur air matanya. Sementara tangannya menggenggam erat kotak kayu milik Teguh.

“Sebelum pergi, dia nitip ini buat kamu. Tante juga nggak tau isinya apa. Dia cuma pesan, kotak ini dibuka saat kamu ulang tahun.”kata Tante Ros tiga hari lalu.

Nieda menatap bros merpati perak di dalam kotak. Di sayap burung tersebut terukir namanya. Kemudian matanya beralih ke secarik kertas bertuliskan tangan seorang Teguh yang mulai memudar terkena titik air.

Sepasang merpati untuk kesetian. Dan sebuah senyum untuk kebahagiaan.

Happy B’day

“Kamu selalu curang, Guh. Bahkan kamu tak sedikitpun memberiku kesempatan untuk mengucapkan maaf. Apalagi yang lain.” Nieda mencoba menahan tangisnya agar tak berubah jadi isakan. Dia meletakkan kotak kayu yang digenggamnya tadi di atas gundukan tanah yang masih tertutup bunga kenanga dan pandan.

“Dan aku nggak mungkin membawa sepasang merpati ini sendiri. Karena aku hanya berhak punya satu. Satunya lagi aku titip ke kamu, biar dia yang cari pasangannya ke aku, nanti.”

Perlahan dia meletakkan pasangan bros ke dalam kotak. Setelah yakin akan keputusannya, dia segera beranjak pergi meninggalkan area pemakaman tersebut, dengan bros merpati di jilbab putihnya.

***

Kesetiaan timbul karena adanya kepercayaan.

Teguh, kenangan bersamamu adalah warna hidupku.

I miss u…

who are u (part 3)

Elang Perak dan Persahabatan

Mungkin yang ada dibenak teman-teman adalah pertanyaan,”Apa sich hubungannya antara Elang Perak dan persahabatan?”

Elang perak memang mempunyai histori tersendiri buatku, dan sangat erat kaitannya dengan awal mula persahabatanku dengan Uji dan Jaya. Waktu aku masih SMP, tepatnya di kelas 1, aku tetaplah aku yang agak sulit untuk bergaul dan dekat dengan seseorang. Ada sebuah kejadian yang begitu membekas kesannya (mungkin) buat Jaya. Waktu itu dia mau minjem buku biologi, yang kebetulan hanya aku yang punya di kelas itu (bangga cui..hehe). Berhubung pesan dari mama, aku dilarang minjemin buku-buku cetak aku, takut ilang kata Beliau. Ya, dengan sangat terpaksa n agak keras mungkin aku menolak dengan alasan lagi dipake. (Sorry Jay, telah membuatmu kecewa padaku dikali pertama, hehehe….). Aku lupa gimana ekspresinya waktu itu, boleh ditanya aja langsung dengan orangnya. Yang pasti, itu menunjukkan begitu tidak percayanya aku dengan orang dan bersikap sangat-sangat waspada.( ;-D )

Kelas 1 SMP, merupakan saat-saat paling aku benci, karena aku sering dikerjain oleh teman yang persis duduk di belakangku. Entah itu ditempeli kertas tempel yang bertuliskan kata-kata yang tak sopan atau dipengaruhi untuk memusuhi teman sendiri dan yang tak terlupakan adalah ketika aku dibentak di depan kelas hanya karena menanyakan serbet kelas uda dicuci atau belum. Wah, pokoknya menyebalkan deh. Yang paling berkesan saat itu adala saat aku mulai dekat dengan Uji, berhubung kita mungkin punya hobi yang sama. (percaya nggak sih klu aku interest baget dengan dance??)

Nah, berlanjut di kelas 2. Aku duduk sebangku dengan Uji dan kita makin akrab. Entah dari mana asal muasalnya, Uji deket ma Jaya (gimana Jay? Cerita dunkz…). Aku yang hobi banget baca novel, n sering dibeliin novel ma paman saat itu membawa sebuah. (Yupz!! Judulnya ELANG PERAK). Aku nggak nyangka aja tuh novel laris manis. (Thanks to Uji yang punya bakat promosi,,hehe..). Na, Jaya mulai deh mw minjem juga. Awalnya berat sich, takut lecek. Maklumlah, cowok (hee…). Dengan perasaan penuh kekhawatiran kayak induk takut kehilangan anak, aku pinjemin juga deh ke dia dengan berbagai syarat.

Bis tu,, entah kenapa kita jadi deket, ya bahas al novel dunkz terutama. Trus nyerempet deh ke hal-hal lain kayak pelajaran, tugas, komik, n bakso. Dan sekali lagi aku tekankan, hobby emang mudah banget mendekatkan kita dengan orang-orang yang akhirnya bisa aja jadi sahabat. Kami membuktikannya. Tentu aja banyak faktor laen yang bikin kita deket. J

Dedicated for my close friends;

Kapan kita kumpul bareng lagi kayak dulu??? Aku kangen…

Jumat, 06 Maret 2009

aRti SaHaBat

Tegur aQ jika Q mulai Sombong...

TeGur aQ jika Q mulai aNgkUh

Tegur aQ jika Q mulai SaLah....

KaRena Q-buth saHabat sEpertI kamu...


dedicated for my BeSt fRienD...
Thanks banget for Ayang,,,,I'll remember That